Kamis, 06 Oktober 2011

Kerokan

Do you want to share?

Do you like this story?



Kerokan adalah sebuah tradisi
pengobatan di Indonesia, terutama jika merasa gak enak badan pas dompet
lagi tipis gak ada dana ke dokter, pertolongan pertama biasanya
kerokan. Tinggal cari uang receh n minyak goreng, lalu minta tolong
orang terdekat untuk melakukan kerokan...... Tapi kira-kita lebih
banyak manfaat atau justru berbahaya???

Nah ini dia info lengkap tentang kerokan:

Metode pengobatan dengan kerokan ini sudah dikenal sejak ribuan tahun yang
lalu dan dipercaya dapat memberi kesembuhan. Kerokan adalah suatu
pengobatan tradisional Jawa dengan cara menekan dan menggeserkan benda
tumpul (biasanya uang logam, atau alat bantu khusus kerok yang terbuat
dari plastik, tulang, keramik, batu giok, potongan jahe, potongan bawang,
dan lain-lain. Alat-alat tersebut harus tumpul supaya tidak melukai kulit)
pada tubuh secara berulang-ulang dengan cairan yang licin sampai terjadi
bilur-bilur berwarna merah. Fungsi cairan yang licin ini untuk melicinkan
proses kerokan sehingga menghindari terjadinya kulit lecet, selain itu,
jika dipergunakan balsem atau minyak, dapat juga untuk menghangatkan.

Pengobatan dengan kerokan ini ternyata tidak hanya dikenal di masyarakat
Jawa, tetapi sudah menyebar ke daerah-daerah lain di Indonesia, bahkan
sampai di luar negeri. Di Vietnam, pengobatan ini disebut Cao Gio, di
Kamboja disebut Goh Kyol (rubbing the wind), di Cina disebut Gua Sha
(Gua=menggosok/scraping, Sha=racun/toksin) , namun kebanyakan pengobatan
ini di Cina menggunakan batu Jade sehingga disebut Jade stone therapy, di
Barat disebut coining atau coin rubbing..

Pengobatan dengan kerokan ini dipercaya bermanfaat untuk keadaan yang oleh
masyarakat awam disebut masuk angin untuk menggambarkan keadaan berupa
rasa tidak enak badan, yang ditandai dengan perut kembung, hidung berair,
pegel linu, nyeri kepala, dan sebagainya. Ketika masuk angin, kita menjadi
kedinginan atau suhu tubuh menurun yang mengakibatkan pembuluh darah di
kulit mengalami penyempitan (konstriksi) sebagai kompensasinya. Hal ini
dilakukan tubuh agar seluruh tubuh tidak ikut kedinginan. Konstriksi atau
penyempitan itu dapat mengakibatkan oksigenasi pada permukaan tubuh
berkurang. Jika oksigenasi pada permukaan tubuh (terutama bagian belakang)
turun atau berkurang, sekujur badan dapat terasa sakit. Selanjutnya, akan
muncul gejala bersin pertanda terjadi penurunan temperatur tubuh.

Menurut Dr. Koosnadi Saputra, DSR, akupunturis klinik, upaya untuk
meningkatkan panas di bagian belakang tubuh bisa berpedoman pada hukum
Einstein (E = mC2). Energi atau panas dihasilkan dari gesekan dua benda.
Kalau permukaan kulit tubuh digosok-gosok dengan tangan atau suatu benda
tumpul secara cepat, suhu tubuh pun akan meningkat. Panas yang cukup
tinggi menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah dalam kulit.
Otomatis peredaran darah menjadi lebih lancar dan oksigenasi lebih baik
sehingga rasa sakit di tubuh berkurang. Maka dari itu, metode pengobatan
kerokan dapat menjadi salah satu perwujudan hukum Einstein..



Bagaimana membuat pola kerokan yang baik?

Para ahli akupunktur berpendapat bahwa sebaiknya alat kerok melewati titik
akupuntur agar saraf motorik dapat terangsang, sehingga dapat memperlancar
sirkulasi darah.

Pola umum kerokan biasanya membentuk garis-garis lurus dari atas ke bawah
dan miring di sisi kiri-kanan ruas-ruas tulang belakang ataupun pada leher
bagian belakang. Pada tubuh kita terdapat sekitar 360 titik akupuntur
utama yang berhubungan dengan organ penting. Begitu pun pada tubuh bagian
belakang, terdapat titik-titik yang berhubungan dengan organ dalam tubuh
(organ viscera).

Dengan pola kerokan yang benar, titik-titik akupuntur dapat dicapai dengan
sempurna.

Kerokan jarang dilakukan pada tubuh bagian depan karena kurang berguna.
Untuk mengusir masuk angin, yang efektif adalah mengerok daerah bagian
belakang tubuh dan leher.

Tindakan kerokan searah yang diulang-ulang merupakan gerakan memperkuat.
Sampai sejauh mana kekuatan tekanannya tidak ada batasan tertentu. Yang
penting tak sampai melukai. Tiap orang memiliki kepekaan kulit dan daya
tahan terhadap rasa sakit yang berbeda-beda. Karena itu, ada yang dikerok
pelan saja sudah meringis kesakitan. Tapi tak jarang ada yang justru minta
dikerok kuat-kuat sampai kulit berwarna merah padam. Padahal tak ada
aturan hasil kerokan harus sampai merah padam.

Jadi, kerokan merupakan upaya mengusir masuk angin dengan cara
meningkatkan panas (calor) akibat sirkulasi darah yang meningkat sehingga
memberikan warna kemerahan (rubor), dan bukan mengeluarkan angin lewat
pori-pori kulit. Bagi masyarakat awam, kerokan sering dipahami sebagai
cara untuk "mengeluarkan angin" dari tubuh lewat pori-pori kulit. Padahal,
angin atau udara tidak pernah masuk atau keluar lewat pori-pori kulit.
Angin hanya bisa masuk atau keluar lewat organ pernapasan dan pencernaan.
Lalu, hal yang patut diingat dan dilakukan bila Anda sudah kerokan adalah
tidak mandi karena setelah kerokan terdapat peningkatan panas yang
menyebabkan pori-pori kulit dalam kondisi terbuka. Lebih baik, sekalah
kulit dengan lap basah (yang dicelupkan pada air hangat lalu diperas).
Jika langsung dengan air dingin, sel-sel tubuh yang masih panas akibat
kerokan akan terkaget bersentuhan dengan air dingin dan dapat membuat
sel-sel tubuh tidak stabil.

Selain itu, Anda juga harus ingat bahwa kerokan hanyalah sebuah langkah
pencegahan. Anda tetap harus ke dokter untuk mengkonsultasikan kondisi
tidak enak badan Anda bila sakit Anda tidak kunjung sembuh atau bertambah
parah. Selama sakit, lakukanlah hal-hal yang dapat membantu kesembuhan
Anda, seperti banyak minum air putih, mengkonsumsi makanan dan minuman
hangat yang bergizi, serta istirahat dan tidur secukupnya.

Sumber :
Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1973.
Patologi. Jakarta: FKUI.
Didik G. T. Gambaran Histopatologi Kulit pada Pengobatan Tradisional
Kerokan. Cermin Dunia Kedokteran. 2008; 160: 28-31. nicopoundra. com
Robbins, Stanley L. dkk. 1995. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit Ed.5.
Alih Bahasa: Prof. dr. Achmad Tjarta, Prof. dr. Sutisna Himawan, dr. A. N.
Kurniawan. Jakarta: EGC.
www.gizi.net
www.indomedia. com
www.indomp3z. us


YOU MIGHT ALSO LIKE

0 comments:

Posting Komentar

Advertisements

Advertisements